1 for ALL,,,ALL for 1

1 for ALL,,,ALL for 1

Selasa, 05 November 2013

Jembatan Kota Intan

Ceritanya niat jalan-jalan dan tentu aja foto2 diseputaran Pelabuhan Sunda Kelapa dan Kota Tua.  Tahun ini kayaknya kita belom punya foto keluarga yang terbaru.  jadilah Minggu pagi itu kita jalan kesana.  Tujuan pertama tentu saja Pelabuhan Sunda Kelapa.  Biar dapet matahari bagus dan suasana Pelabuhannya dapet.

Walaupun ngga seasyik pertama kali dulu kita kesana, tapi nuansa Pelabuhan teteup ada.  Mulai deh keluar semua jurus andalan...Lighting...Camera...Actiooooon....





Beres panas-panasan di Pelabuhan Sunda Kelapa, meluncurlah kita menuju Kota Tua.  Hari makin siang, udara makin panas. Tapi kita tetep semangat dan anak-anak kayaknya hepi2 aja.

Begitu melintas didekat sebuah Jembatan, terbersit niat pengen berenti bentar.  Karena kayaknya lucu juga foto-foto dijembatan berwarna coklat tua dan tampak sudah renta ini.

Jembatan Kota Intan, namanya.
Dulunya bernama Jembatan Engelse Brug atau Jembatan Inggris.
Dibangun tahun 1628 di Jalan Kali Besar Barat, Kelurahan Roamalaka, Kecamatan Tambora (sekarang).

Dari sekian banyak bangunan bersejarah peninggalan Belanda, jembatan ini adalah salah satunya. Jembatan ini mempunyai panjang sekitar 30 meter dan lebar 4,43 meter.  Bercat merah marun, dan keadaannya agak memprihatinkan karena warnanya telah pudar dan kayunya pun mulai keropos.

Jembatan ini dibangun sebagai penghubung antara Benteng Belanda dan Inggris (IEC) yang saat itu berseberangan dan dibatasi oleh Kali Besar.  Yang sekarang kali tersebut kondisinya sangat kotor, bau dan penuh sampah.

Pada tahun 1629, Jembatan ini pernah dirusak akibat serangan Kerajaan Banten dan Mataram yang menyerang Benteng Batavia.  Namun karena fungsinya yang sangat penting, setahun kemudian jembatan ini dibangun lagi oleh Belanda dan berganti nama menjadi De Hoedenpaser Brig atau Jembatan Pasar Ayam.

Tak lama kemudian berganti nama menjadi Jembatan Kota Intan karena letaknya berdekatan dengan Bastion Kastil Batavia atau Bastion Diamont (Intan). Seiring dengan dominasi Belanda di Batavia pertengahan abad ke 17 pada era tersebut, Belanda akhirnya banyak membangun jembatan sejenis di Batavia, yang dibangun dengan gaya tradisional Belanda.

Tahun 1655 Jembatan Kota Intan pernah direnovasi karena kerusakan akibat banjir dan korosi air laut, namanyapun berganti lagi menjadi Jembatan Het Middelpunt Brug.

Pada 1928 fungsi jembatan diubah menjadi jembatan gantung.  Tujuannya agar dapat diangkat untuk lalu lintas perahu dan mencegah kerusakan akibat banjir. Namun bentuk dan gayanya tidak diubah.  Nama jembatan berganti lagi menjadi Jembatan Phalsbrug Juliana atau Juliana Bernhard, karena waktu itu Ratu Juliana menjadi Ratu di Belanda.  Sebelumnya jembatan sempat juga diberi nama Wilhemina (Ibu Ratu Juliana) Brug.

Saat ini bisa dikatakan Jembatan Kota Intan adalah satu-satunya jembatan sejenis yang tersisa.  Untuk melestarikannya, pada tahun 1972 Gubernur DKI ALI SADIKIN, menetapkan Jembatan ini sebagai  Benda Cagar Budaya.

Sayangnya sekarang, benda Cagar Budaya ini tampak kurang terawat.  Padahal di era Sutiyoso, Jembatan ini sempat direnovasi dengan menelan biaya tidak kurang dari 700 juta.  Tapi setelah diresmikan jembatan ini teronggok dan ditutup.

Padahal masih banyak wisatawan yang tertarik untuk mampir (seperti kami hari itu) walaupun hanya sekedar berfoto.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar