my day...my day...: Jalan-jalan Lagiiii....edisi SITUS MEGALITIK plus GUNUNG MAS

"Senin depan libur, Ma"

Indah banget kan...Senin...libur...!

Gimana ngga berseri-seri Kakak+Sishi melaporkan kabar gembira itu....hihiii....

Oke deh, langsung merencanakan jalan-jalan (secara kita keluarga tukang ngukur jalan). SITUS MEGALITIKUM GUNUNG PADANG!!!

Yup...udah lama tau, tapi belom ada kesempatan melihat langsung kesana.

Jadilah Senin subuh itu kita positip berangkat kesana. Alarm udah diset di jam 4, mandi...shalat Subuh...berangkat. Eh, untung Sanaz sehat dan ngga rewel. Dia cuma diseka pake air anget aja. Tau aja tuh bayi kalo kita mau jalan-jalan.

Jam 5 teng kita mulai jalan...ritual babacaan dimulai...maksudnya anak2 langsung baca doa tidur (lagi)...hehehe...

Puncak lancar, kosong dan sejuk. Jam 6 lebih kita masuk Cipanas dan papa mulai mengeluh lapar :D

"Mie Jawa yuuuk...."

"Bubur Ayam?"

"Sate Maranggi...???"

Ayooooo....

Sempetin nyicip Sate Maranggi deh kalo ke Cipanas

Bumbu Oncom yang puedes...lumayan bikin ngantuk ilang

Setelah kenyang dan mata seger. Lanjut lagi....

Abis makan anak2 rame bercanda dimobil. Ngga kerasa...tau2 ada petunjuk 20 km kearah Situs. Yippieee...ternyata ngga sampe sejam dari pusat kota Cianjur nih...

Ternyata 20km itu harus dilalui dengan penuh perjuangan. Jalan kampung yang ngga begitu lebar ditambah dengan aspal tipis yang kadang mulus kadang jelek dan berlubang. Untungnya sebelum kesana kita sempet cari2 info. Akhirnya kita pake si Big SUV...secara dia mobil gunung. Coba kalo pake si Marchy...abis deh dia menjerit2 bodi bawahnya kegesek-gesek sama aspal. Jadi sekedar info nih...kalo niat ke Gunung Padang tidak disarankan memakai sedan atw citycar. Nangis bombaaaay....

Setelah melewati jalan kampung tiba2 didepan kita terbentang perkebunan teh yang lumayan bikin adem perasaan dan udaranya yang sejuk. Kendalanya tentu saja jalan yang rusak dan berlapis batu2 tajam. Tapi kendala itu ngga terlalu mengganggulah buat kami yang udah semangat pengen cepet sampe ke lokasi Situs.

Tiga kilometer menjelang lokasi kembali ada papan petunjuk arah Situs.

Makin semangat....

Begitu sampai dipelataran parkir cukup bayar 10 ribu lalu portal kearah Situs dibuka. Taraaaaaam....

Parkir...nyiapin perbekalan (AIR MINUM : WAJIB!), kamera, tripod, handuk kecil, gendongan Sanaz.

Dari seorang penduduk setempat kita dapet info kalo ada 2 tangga menuju ke Situs. Yang satu terjal dan tersusun dari batu2 berbentuk kolom poligonal yang dipasang melintang sebagai tangga setinggi kurang lebih 30 meter dengan kemiring hampir 40 derajat. Yang satu lagi tangga buatan agak landai tapi dengan jarak yang lebih jauh. Akhirnya kita pilih tangga batu alami. Ya Allah...untuk orang yang emang jarang olahraga kayak aku bener2 memerlukan niat yang kuat dan fisik yang prima. Jalan yang terjal dan agak licin bener2 tantangan luar biasa. Sempat 4 kali berhenti sekedar istirahat. Jadi berasa makan buah simalakama...mau turun susah, naek juga pengen nangis. Tapi ngebayangin diatas sana ada pemandangan luar biasa...jadi semangat.

Papa LUAR BIASA...selain membawa bobot badan sendiri juga HARUS gendong Sanaz :D

Akhirnya...SUBHANALLAH...

Di Puncak bukit...dipelataran pertama terbentang hamparan batu yang menakjubkan. Kita yang dari awal pengen punya nilai lebih daripada sekedar wisata terperangah. Gimana engga...kesan pertama yang ada hanyalah keagungan dan kehebatan masyarakat purbakala langsung menyergap suasana. Pintu Gerbangnya diapit kolom batu berdiri. Berasa berada di lobby...check in-lah sejenak disini...

Diteras Pertama ini disebut juga Teras penyambutan. Dimana kita benar2 disambut setelah melewati 400 lebih anak tangga dengan susah payah. Disini ada beberapa gundukan batu yang terdapat batu Gong dan Batu Gamelan. Disebut seperti itu karena ke2 batu itu berbeda dengan batu yang lain. Dua batu ini apabila dipukul akan mengeluarkan nada tertentu.

Sebelah kiri ada gundukan batu lagi yang disebut Masjid.

Liat 2 batu itu... batu itu disebut Batu Penunjuk...dan saat diperhatikan kedua batu ini menunjuk kearah Gunung Gede.

Konstruksi Situs disusun dari kolom2 batu yang mempunyai dimensi poligonal segilima atau segienam dengan permukaan yang halus

Oh iya...disini, batu2 yang berwarna abu-abu gelap ini berjenis Andesit Basaltis.

Lanjut lagi keteras kedua...

Disini ada batu yang menarik...yaitu Batu Kujang dan Batu Tapak Maung.

Diteras ini juga ada Batu Duduk yang menghadap ke Utara. Terdapat ruang untuk bermusyawarah. Arahnya tetep menghadap ke Gunung Gede

Batu Tapak Maung

Batu Kujang ... penduduk setempat mempercayai bahwa itu tempat meletakkan senjata Kujang walau para ahli mengatakan itu adalah guratan yang merupakan murni proses alami bukan pahatan manusia

Teras ketiga...
Hampir sama dengan teras ke 4. Hanya ada ruang kotak yang dikelilingi menhir di tiap sisinya. Batuannya ngga jelas bentuknya. Ada yang berdiri ada yang melintang.

Teras ke 4
Dibagian tengah ruang terdapat menhir, penjaga situs yang menemani kita (Pak Atma) bilang itu disebut "Batu Gendong".
jadi..."Barangsiapa yang mampu mengangkat batu itu, permohonannya akan terkabul"
Mau coba??? Believe it or not...

Bentuk Pentagonal rata-rata batu disini seolah melambangkan tangga nada Sunda Pentatonis : DA MI NA TI NA

Teras ke 5
Disini banyak banget susunan batu andesit. Ada susunan batu yang berbentuk kotak dan didalamnya ada batuan yang tersusun seperti teras. Menurut arkeolog tempat itu semacam tempat istirahat. Ada semacam batu bulat untuk sandaran kepala.

Perhatiin deh...ada Arm rest-nya lho...

Begitu hebatnya nenek moyang bangsa Indonesia ya....faktor geologi, arkeologi, regiliusitas dan astronomi dibangun dalam harmoni bumi dan langit. Situs berharga ini bagaikan dunia yang hilang lalu diketemukan lagi. Merinding....

Asal Muasal nama GUNUNG PADANG sendiri menurut masyarakat setempat, para leluhur mereka bercerita bahwa pada malam-malam tertentu diatas bukit ini kerap terdengar suara-suara musikal dan tempat ini terang benderang. Maka dinamakanlah dengan Gunung Padang (Gunung Terang). Bahkan nenek moyang penduduk setempat tidak menamakan tempat ini sebuah situs. Yang mereka tau bahwa ini adalah tempat keramat. Tempat dimana Prabu Siliwangi berupaya mendirikan Istana dalam satu malam.

Obelix sepertinya harus kesini...Batu Menhir suku Ghalia mungkin ngga sehebat bebatuan disini.

Lama berada disini semakin kagum deh dengan kebudayaan manusia dimasa lampau yang pernah hidup disini.

Ada penggalan sajak yang ditulis oleh seorang Pangeran Pengelana yang mungkin juga disebut sebagai aktivitas wisata/penjelajah pertama yang tercatat di Nusantara oleh Pribumi Sunda :

Eta hulu na Ci Sokan...neumu lemah kabuyutan

Na lemah nalingga manik

Teherna dek sri maliput

Ser mangun nalingga payung

Nyanghareup ka Bahu Mitra

ku ngaing geus dibabakan

dibalay diundak-undak

dibalay sakulilingna

ti handap ku mungkal datar

ser mangun ku mungkal bener

ti luhur ku batu putih

diawuran manik asra

carenang heuleut-heuleutna

wangun tujuh guna aing

padanan deung pakayuan....

Biarpun belum ada kepastian dimana kebuyutan dihulu Cisokan yang dimaksud, tapi dihulu daerah aliran sungai Cisokan-Cikondang, Cianjur, satu-satunya tempat kebuyutan adalah situs GUNUNG PADANG ini. (Keagungan Situs Megalitik Gunung Padang, Pikiran Rakyat, Pariwisata, Jumat, 20 Januari 2006).

Sampe sekarang sih katanya masih diteliti. Jadi kita tunggu aja...bener ngga situs ini ada hubungannya denga Piramida di Mesir sana...

Jalan pulang agak santai, karena kita lewat tangga buatan yang masih terlihat baru (ssttt...katanya ini dibuat atas bantuan dan inisiatif salah satu CaGub Jabar lhoo...).

Wajah lelah tapi tetep pengen eksis

Jalan pulang berasa cepet banget. Tau2 kita udah masuk Cianjur...Sishi sempat merengek pengen beli manisan. Selebihnya suasana ceria...rame...anak2 becanda dan foto2

Akhirnya berhenti buat makan siang plus Shalat Dzuhur di Bumi Aki yang menu makannya syedap-syedap syekali itu...

Sishi pesen Sop Ayam Kampung Telor Puyuh, Sanaz dengan Sop Buntut Goreng, Papa milih Gule, Kakak dan aku pilih Nasi Liwet Komplit. Alhamdulillah...suasananya disini nyenengin dan enak. Mushalla-nya bersih dan airnya...duingiiiiiin pisaaaaan.